Senin, 16 Januari 2017

Syukur & Bersyukur

Seringkali kita mendengar kata syukur ataupun bersyukur. Kata pendek, mudah diucapkan, mudah dihafal namun sulit dilaksanakan. Syukur kata benda dan bersyukur kata kerja. Saya sendiripun merasa sebagai orang yang tidak pandai bersyukur. Padahal kata-kata bijak selalu mengatakan bahwa bersyukur adalah berbanding lurus dengan kebahagiaan seseorang. Haruskah saya bahagia dulu baru bersyukur ataukah bersyukur dulu lalu akan bahagia. Sepertinya sungguh terlalu kalau saya bersyukur hanya saat bahagia, disaat sedih saya tinggalkan bersyukur. Padahal kesedihan tak pernah meninggalkan kebahagiaan, mereka saling berpasangan, dikatakan sedih karena ada bahagia begitupun sebaliknya. Mencoba dan terus belajar bersyukur pada setiap peristiwa, setiap kejadiaan, setiap apapun bentuk situasi dan kondisinya harus segera dipaksakan. Paksa terus, coba terus, belajar terus untuk selalu bersyukur sampai tak terasa lagi kalau dipaksa. Suatu ketika malam hari perut lapar kondisi di luar rumah hujan deras, keadaan dapur tidak ada nasi, sayur, apalagi lauk-pauk untuk di makan, sedih rasanya. Tapi masih beruntung ada gula, air, dan teh untuk disedu. Paling tidak masih ada sesuatu untuk mengisi perut, sesuatu yang bisa dimanfaatkan, sesuatu yang bisa menunda rasa lapar hingga esok pagi. Teh panas manis bisa untuk menunda rasa lapar. Syukur alhamdulillah. Ketika tubuh sudah lelah, disaat mata tinggal lima watt, tidur adalah obat yang tepat. Maka tidurpun adalah bersyukur. Mengistirahatkan mata, mengistirahatkan tubuh adalah bentuk menjaga apa yang telah dikaruniakan Allah. Bersyukur tidak hanya kata-kata tapi juga dengan tindakan. Saya masih belajar bersyukur, teman-teman doakan saya ya? biar selalu disiplin dan kontinyu alias istiqomah dalam bersyukur.